TUGAS
Mengobservasi Seni Karawitan di
Institut Seni Indonesia (ISI)
Surakarta
Tugas ini disusun untuk
memenuhi mata kuliah Pendidikan Apresiasi Seni Karawitan
Dosen
Pengampu: Waluyo Sastro Sukarno, M.Sn.
Disusun oleh:
Ariska Nugraheni
A510120207
IVF
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
Karawitan merupakan seni musik
tradisional yang berkembang secara turun temurun sesuai dengan perkembangan
zaman yang tidak meninggalkan keasliannya. Pada perkuliahan di semester empat
ini terdapat mata kuliah pendidikan apresiasi seni karawitan, mahasiswa PGSD
diwajibkan untuk mengikuti mata kuliah tersebut.
Pada mata kuliah pendidikan apresiasi
seni karawitan ini, saya mendapatkan tugas untuk melakukan observasi mengenai
seni karawitan yang ada di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Saya melakukan
observasi pada tanggal 11 dan 16 April 2014. Pada tanggal 11 April saya
melakukan observasi mengenai karawitan (pengrawit) atau seni karawitan
tradisional dan pada tanggal 16 April kami melakukan observasi mengenai
komposisi (komposer) atau seni karawitan modern. Pagelaran tersebut dimulai
pada pukul 19.30 sampai 22.00 WIB. Dalam hal ini, saya akan membuat laporan
observasi mengenai seni karawitan dari sajian yang sudah ditampilkan di ISI.
Pada tanggal 11 April 2014 sajian yang
ditampilkan mengenai seni karawitan tradisional yang lebih mengutamakan
karawitan (pengrawit). Dalam sajian tersebut terdapat 3 (tiga) kelompok
pengrawit yang akan menampilkan hasil karyanya. Setiap kelompok pengrawit akan menampilkan
hasil karya karawitan yang berbeda-beda, yaitu:
1. Sajian
Pertama
Dalam sajian tersebut lebih mengutamakan
pada seni karawitan tradisional yang menggunakan alat-alat gamelan yang
ditambah dengan rebab dan siter. Dalam sajian tersebut terdapat lima orang sinden.
Selain sinden juga terdapat dua puluh empat orang pemain yang lainnya. Dalam sajian
tersebut tembang yang dibawakan oleh sinden sangat sesuai atau menyatu dengan alunan
gamelan yang dimainkan. Sinden membawakan tembang tersebut sesuai dengan tempo
yang sudah ada walaupun sinden masih membawa catatan. Para pemain dapat
memberikan sajian yang cukup menarik untuk para penonton. Jika dilihat, rebab
disini dapat dijadikan sebagai unsur penyeimbangan atau pendukung antara
tembang dan alunan gamelan yang dimainkan.
Dalam hal ini, penataan panggung pun
sudah sesuai dan strategis walaupun masih kelihatan sempit. Di dalam
pementasan, semua pemain menggunakan kostum yang sama yang laki-laki
menggunakan kebaya berwarna hitam dan memakai blangkon dan yang perempuan
menggunakan kebaya berwarna merah dan menggunakan sanggul. Dalam hal ini,
terjadi perbedaan antara pemain rebab, pemain gamelan, dan sinden jika dilihat
dari kostum yang digunakan bahwa pemain gamelan dan sinden menggunakan kostum
yang sama berwarna merah tetapi berbeda dengan pemain rebab menggunakan kostum
berwarna ungu.
Kelompok Pengrawit 1
2. Sajian Kedua
Dalam sajian tersebut lebih mengutamakan
pada seni karawitan tradisional yang menggunakan alat-alat gamelan dan rebab
serta diselingi dengan drama komedi. Dalam sajian terdapat satu orang sinden
dalam pementasan tersebut. Selain sinden terdapat juga dua puluh satu orang pemain
yang lain serta ditambah lagi dengan empat pemain drama komedi. Dalam sajian
tersebut tembang yang dibawakan oleh sinden sangat sesuai alunan gamelan yang
dimainkan. Sinden membawakan tembang tersebut sesuai dengan tempo yang sudah
ada walaupun sinden tanpa membawa catatan.
Dalam hal ini, penataan panggung hampir
sama dengan kelompok pengrawit yang pertama bedanya gamelan pada kelompok
pengrawit yang kedua dikurangi sehingga penataan panggungnya sedikit kelihatan
lebar. Dalam sajian, semua pemain menggunakan kostum yang sama yang laki-laki
menggunakan kebaya berwarna hitam dan memakai blangkon dan yang perempuan
menggunakan kebaya berwarna merah dan menggunakan sanggul. Sedangkan untuk
pemain drama komedi menggunakan pakaian yang sesuai dengan peranannya dan yang
laki-laki menggunakan topeng berwarna putih, biru, dan merah serta yang
perempuan menggunakan sanggul.
Kelompok Pengrawit 2
3. Sajian Ketiga
Dalam sajian tersebut lebih mengutamakan
pada seni karawitan tradisional yang menggunakan alat-alat gamelan dan rebab. Dalam
sajian terdapat satu orang sinden dalam pementasan tersebut. Selain sinden
terdapat juga dua puluh lima orang pemain yang lain. Dalam sajian tersebut
tembang yang dibawakan oleh sinden sangat sesuai alunan gamelan yang dimainkan.
Sinden membawakan tembang tersebut sesuai dengan tempo yang sudah ada walaupun
sinden tanpa membawa catatan.
Dalam hal ini, penataan panggung hampir
sama dengan kelompok pengrawit yang pertama tetapi penataan panggungnya sedikit
kelihatan lebar. Dalam sajian ini, semua pemain menggunakan kostum yang sama yang
laki-laki menggunakan kebaya berwarna hitam dan memakai blangkon dan yang
perempuan menggunakan kebaya berwarna hitam dan menggunakan sanggul.
Kelompok Pengrawit 3
Pada tanggal 16 April 2014 sajian yang
ditampilkan mengenai seni karawitan modern yang lebih mengutamakan pada
komposisi (komposer). Dalam pementasan tersebut terdapat 6 (enam) komposer yang
akan menampilkan hasil karyanya. Setiap komposer akan menampilkan hasil
karyanya yang berbeda-beda, antara lain:
1. Kluthekan
Berbagai alat musik yang ada di
Indonesia sangat beragam dan banyak sekali jenisnya. Bahkan botol bekas saja
bisa digunakan sebagai alat musik. Ada kelompok yang dimana alat musiknya
menggunakan berbagai peralatan yang ada di warung tahu kupat. Seperti gelas,
wajan, api, peralatan yang digunakan untuk memasak, piring, botol bekas, sandal
dan lain sebagainya. Kemudian permainan alat musik ini diberi nama Klutekan.
Klutekan ini dibuat oleh komposer Arna Saputra.
Sajian komposisi pada penataan
Klutekan menampilkan sajian yang berbeda dengan dinamikanya, kejutan dan tidak
ajeg sehingga menampilkan sesuatu yang baru dibandingkan dengan sajian tradisi
lainnya. Sajian komposisi pada penataan klutekan merupakan garapan yang
dianggap tidak lazim dalam karawitan tradisi, klutekan dapat memberikan warna
tersendiri dalam seni karawitan modern.
Permainan musik ini terlebih dahulu
diawali dengan suara-suara aneh yang dihasilkan dari barang-barang yang ada di
dapur seperti suara teko yang dihasilkan dari air yang telah menguap dan suara
botol yang di gosok. Kemudian para pemainnya seperti bermain dialog lalu
bernyayi sambil memainkan alat musik yag ada di dapur dan botol.
2. Trenyuh
Trenyuh dibuat oleh komposer Jasno.
Dalam sajian ini, trenyuh menggunakan alat-alat gamelan seperti rebab, gender,
gitar, siter. Tetapi masih terdapat alat musik yang lain seperti suara kemercik
air yang mengalir dari selang bambu.
Pada sajian trenyuh dapat
digambarkan seperti perasaan sedih, kasihan, hati tersentuh pilu karena melihat
suatu keadaan yang menyedihkan. Dimana dinamikanya memberikan suara dan suasana
yang berbeda serta sajiannya tidak ajeg sehingga menampilkan sesuatu yang baru
dibandingkan dengan sajian tradisi lainnya. Sajian komposisi pada penataan trenyuh
merupakan garapan yang masih menggunakan alat tradisional seperti gamelan Jawa
akan tetapi dalam sajian tersebut terdengar juga suara kemercik air yang
mengalir dari selang bambu dan siter yang dipetik. Maka dari itu, trenyuh dapat
memberikan warna tersendiri dalam seni karawitan modern.
3. Ngedhablu
Ngedhablu dibuat oleh komposer Suryo
Winarko. Dalam sajian ngedhablu menggunakan alat-alat gamelan dan suling tetapi
instrumen yang terdengar seperti alat musik modern yang sangat manarik.
Dalam sajian terdapat dinamika yang
dapat memberikan suara dan suasana yang
berbeda serta sajiannya tidak ajeg sehingga menampilkan sesuatu yang baru
dibandingkan dengan sajian tradisi lainnya. Sajian komposisi pada penataan ngedhablu
merupakan garapan yang masih menggunakan alat tradisional seperti gamelan Jawa dan
suling. Maka dari itu, trenyuh dapat memberikan warna tersendiri dalam seni karawitan
modern.
4. Randha
Randha dibuat oleh komposer Kukuh
Suwono Basuki. Dalam sajian randha menggunakan alat-alat gamelan seperti kendhang
yang merupakan pimpinan lagu, gender dan suling. Dalam sajian randha terdapat enam
orang pemain. Dimana terdapat satu orang pemain perempuan yang duduk
ditengah-tengah sebagai panambang atau sinden yang menyanyikan sebuah lagu dan
yang lainnya sebagai pemain gamelan. Kostum yang digunakan para pemain seperti
baju batik walaupun baju tersebut terlihat biasa akan tetapi jika digunakan
pantas untuk dilihat dan masih sopan.
Sajian komposisi pada penataan randha
menampilkan sajian yang berbeda. Dimana sinden dapat memberikan suara yang sangat menyentuh hati walaupun
sajiannya sedikit tidak menarik perhatian penonton. Maka dari itu, randha dapat
memberikan warna tersendiri dalam seni karawitan modern.
5. Kasmaran
Kasmaran dibuat oleh komposer Toni
Prabowo. Dalam sajian kasmaran menggunakan alat-alat tradisional seperti gamelan
Jawa yang dipadukan dengan alat musik biola dan suling. Dalam sajian kasmaran
terdapat delapan orang pemain. Dari kedelapan pemain tersebut terdapat satu
perempuan, perempuan tersebut duduk ditengah-tengah sebagai panambang atau
sinden yang menyanyikan sebuah lagu dan yang lainnya sebagai pemain gamelan.
Kostum yang digunakan para pemain berwarna merah.
Sajian komposisi pada penataan kasmaran
menampilkan sajian yang berbeda. Dimana
kasmaran tersebut dapat membuat suatu pergerakan jiwa
yang mendorong laki-laki dan perempuan untuk menyukai lawan jenisnya. Asmara
ini akan memiliki kadar seperti kapur barus yang semakin lama semakin mengecil
dan habis karena menguap. Dengan instrumen yang dimainkan oleh para pemain,
dapat membuat para penonton terpana dan sangat menyejukan hati. Maka dari itu,
kasmaran dapat memberikan warna tersendiri dalam seni karawitan modern.
6. Lewat
Belakang
Lewat Belakang dibuat oleh komposer
Udin Tri Cahyo. Dalam sajian lewat belakang menggunakan alat-alat tradisional
seperti gamelan dan tong besar. Dalam sajian lewat belakang terdapat tujuh orang
pemain. Salah satu pemain ada yang menggunakan caping.
Sajian ini merupakan julukan yang
ditujukan oleh para pejabat tinggi yang melakukan korupsi. Dengan janji-janji
yang sering diucapkan tetapi sering juga tidak ditepati. Dimana sajian ini
dapat memberikan suasana yang berbeda, dapat menarik perhatian penonton yang
semula tidak memperhatikan serta sajiannya tidak ajeg sehingga dapat memberikan
sesuatu yang baru dibandingkan dengan sajian tradisi lainnya. Karena dengan
lighting yang sangat menarik dan kerlap-kerlip yang dihasilkan dari korek api
membuat sajian semakin menyita pandangan penonton. Maka dari itu, lewat
belakang ini dapat memberikan warna tersendiri dalam karya seni karawitan
modern dan sajian ini merupakan sajian penutup yang dapat menarik perhatian
semua penonton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar