Minggu, 25 Mei 2014

Tugas Karawitan




TUGAS
Mengobservasi Seni Karawitan di
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Pendidikan Apresiasi Seni Karawitan
Dosen Pengampu: Waluyo Sastro Sukarno, M.Sn.


Disusun oleh:
Ariska Nugraheni
A510120207
IVF



PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014



Karawitan merupakan seni musik tradisional yang berkembang secara turun temurun sesuai dengan perkembangan zaman yang tidak meninggalkan keasliannya. Pada perkuliahan di semester empat ini terdapat mata kuliah pendidikan apresiasi seni karawitan, mahasiswa PGSD diwajibkan untuk mengikuti mata kuliah tersebut.
Pada mata kuliah pendidikan apresiasi seni karawitan ini, saya mendapatkan tugas untuk melakukan observasi mengenai seni karawitan yang ada di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Saya melakukan observasi pada tanggal 11 dan 16 April 2014. Pada tanggal 11 April saya melakukan observasi mengenai karawitan (pengrawit) atau seni karawitan tradisional dan pada tanggal 16 April kami melakukan observasi mengenai komposisi (komposer) atau seni karawitan modern. Pagelaran tersebut dimulai pada pukul 19.30 sampai 22.00 WIB. Dalam hal ini, saya akan membuat laporan observasi mengenai seni karawitan dari sajian yang sudah ditampilkan di ISI.
Pada tanggal 11 April 2014 sajian yang ditampilkan mengenai seni karawitan tradisional yang lebih mengutamakan karawitan (pengrawit). Dalam sajian tersebut terdapat 3 (tiga) kelompok pengrawit yang akan menampilkan hasil karyanya. Setiap kelompok pengrawit akan menampilkan hasil karya karawitan yang berbeda-beda, yaitu:
1. Sajian Pertama
Dalam sajian tersebut lebih mengutamakan pada seni karawitan tradisional yang menggunakan alat-alat gamelan yang ditambah dengan rebab dan siter. Dalam sajian tersebut terdapat lima orang sinden. Selain sinden juga terdapat dua puluh empat orang pemain yang lainnya. Dalam sajian tersebut tembang yang dibawakan oleh sinden sangat sesuai atau menyatu dengan alunan gamelan yang dimainkan. Sinden membawakan tembang tersebut sesuai dengan tempo yang sudah ada walaupun sinden masih membawa catatan. Para pemain dapat memberikan sajian yang cukup menarik untuk para penonton. Jika dilihat, rebab disini dapat dijadikan sebagai unsur penyeimbangan atau pendukung antara tembang dan alunan gamelan yang dimainkan.
Dalam hal ini, penataan panggung pun sudah sesuai dan strategis walaupun masih kelihatan sempit. Di dalam pementasan, semua pemain menggunakan kostum yang sama yang laki-laki menggunakan kebaya berwarna hitam dan memakai blangkon dan yang perempuan menggunakan kebaya berwarna merah dan menggunakan sanggul. Dalam hal ini, terjadi perbedaan antara pemain rebab, pemain gamelan, dan sinden jika dilihat dari kostum yang digunakan bahwa pemain gamelan dan sinden menggunakan kostum yang sama berwarna merah tetapi berbeda dengan pemain rebab menggunakan kostum berwarna ungu.
Kelompok Pengrawit 1
2. Sajian Kedua
Dalam sajian tersebut lebih mengutamakan pada seni karawitan tradisional yang menggunakan alat-alat gamelan dan rebab serta diselingi dengan drama komedi. Dalam sajian terdapat satu orang sinden dalam pementasan tersebut. Selain sinden terdapat juga dua puluh satu orang pemain yang lain serta ditambah lagi dengan empat pemain drama komedi. Dalam sajian tersebut tembang yang dibawakan oleh sinden sangat sesuai alunan gamelan yang dimainkan. Sinden membawakan tembang tersebut sesuai dengan tempo yang sudah ada walaupun sinden tanpa membawa catatan.
Dalam hal ini, penataan panggung hampir sama dengan kelompok pengrawit yang pertama bedanya gamelan pada kelompok pengrawit yang kedua dikurangi sehingga penataan panggungnya sedikit kelihatan lebar. Dalam sajian, semua pemain menggunakan kostum yang sama yang laki-laki menggunakan kebaya berwarna hitam dan memakai blangkon dan yang perempuan menggunakan kebaya berwarna merah dan menggunakan sanggul. Sedangkan untuk pemain drama komedi menggunakan pakaian yang sesuai dengan peranannya dan yang laki-laki menggunakan topeng berwarna putih, biru, dan merah serta yang perempuan menggunakan sanggul.
Kelompok Pengrawit 2
3. Sajian Ketiga
Dalam sajian tersebut lebih mengutamakan pada seni karawitan tradisional yang menggunakan alat-alat gamelan dan rebab. Dalam sajian terdapat satu orang sinden dalam pementasan tersebut. Selain sinden terdapat juga dua puluh lima orang pemain yang lain. Dalam sajian tersebut tembang yang dibawakan oleh sinden sangat sesuai alunan gamelan yang dimainkan. Sinden membawakan tembang tersebut sesuai dengan tempo yang sudah ada walaupun sinden tanpa membawa catatan.
Dalam hal ini, penataan panggung hampir sama dengan kelompok pengrawit yang pertama tetapi penataan panggungnya sedikit kelihatan lebar. Dalam sajian ini, semua pemain menggunakan kostum yang sama yang laki-laki menggunakan kebaya berwarna hitam dan memakai blangkon dan yang perempuan menggunakan kebaya berwarna hitam dan menggunakan sanggul.
Kelompok Pengrawit 3
Pada tanggal 16 April 2014 sajian yang ditampilkan mengenai seni karawitan modern yang lebih mengutamakan pada komposisi (komposer). Dalam pementasan tersebut terdapat 6 (enam) komposer yang akan menampilkan hasil karyanya. Setiap komposer akan menampilkan hasil karyanya yang berbeda-beda, antara lain:
1. Kluthekan
Berbagai alat musik yang ada di Indonesia sangat beragam dan banyak sekali jenisnya. Bahkan botol bekas saja bisa digunakan sebagai alat musik. Ada kelompok yang dimana alat musiknya menggunakan berbagai peralatan yang ada di warung tahu kupat. Seperti gelas, wajan, api, peralatan yang digunakan untuk memasak, piring, botol bekas, sandal dan lain sebagainya. Kemudian permainan alat musik ini diberi nama Klutekan. Klutekan ini dibuat oleh komposer Arna Saputra.
Sajian komposisi pada penataan Klutekan menampilkan sajian yang berbeda dengan dinamikanya, kejutan dan tidak ajeg sehingga menampilkan sesuatu yang baru dibandingkan dengan sajian tradisi lainnya. Sajian komposisi pada penataan klutekan merupakan garapan yang dianggap tidak lazim dalam karawitan tradisi, klutekan dapat memberikan warna tersendiri dalam seni karawitan modern.
Permainan musik ini terlebih dahulu diawali dengan suara-suara aneh yang dihasilkan dari barang-barang yang ada di dapur seperti suara teko yang dihasilkan dari air yang telah menguap dan suara botol yang di gosok. Kemudian para pemainnya seperti bermain dialog lalu bernyayi sambil memainkan alat musik yag ada di dapur dan botol. 
2. Trenyuh
Trenyuh dibuat oleh komposer Jasno. Dalam sajian ini, trenyuh menggunakan alat-alat gamelan seperti rebab, gender, gitar, siter. Tetapi masih terdapat alat musik yang lain seperti suara kemercik air yang mengalir dari selang bambu. 
Pada sajian trenyuh dapat digambarkan seperti perasaan sedih, kasihan, hati tersentuh pilu karena melihat suatu keadaan yang menyedihkan. Dimana dinamikanya memberikan suara dan suasana yang berbeda serta sajiannya tidak ajeg sehingga menampilkan sesuatu yang baru dibandingkan dengan sajian tradisi lainnya. Sajian komposisi pada penataan trenyuh merupakan garapan yang masih menggunakan alat tradisional seperti gamelan Jawa akan tetapi dalam sajian tersebut terdengar juga suara kemercik air yang mengalir dari selang bambu dan siter yang dipetik. Maka dari itu, trenyuh dapat memberikan warna tersendiri dalam seni karawitan modern.
3. Ngedhablu
Ngedhablu dibuat oleh komposer Suryo Winarko. Dalam sajian ngedhablu menggunakan alat-alat gamelan dan suling tetapi instrumen yang terdengar seperti alat musik modern yang sangat manarik.
Dalam sajian terdapat dinamika yang dapat memberikan  suara dan suasana yang berbeda serta sajiannya tidak ajeg sehingga menampilkan sesuatu yang baru dibandingkan dengan sajian tradisi lainnya. Sajian komposisi pada penataan ngedhablu merupakan garapan yang masih menggunakan alat tradisional seperti gamelan Jawa dan suling. Maka dari itu, trenyuh dapat memberikan warna tersendiri dalam seni karawitan modern.
4. Randha
Randha dibuat oleh komposer Kukuh Suwono Basuki. Dalam sajian randha menggunakan alat-alat gamelan seperti kendhang yang merupakan pimpinan lagu, gender dan suling. Dalam sajian randha terdapat enam orang pemain. Dimana terdapat satu orang pemain perempuan yang duduk ditengah-tengah sebagai panambang atau sinden yang menyanyikan sebuah lagu dan yang lainnya sebagai pemain gamelan. Kostum yang digunakan para pemain seperti baju batik walaupun baju tersebut terlihat biasa akan tetapi jika digunakan pantas untuk dilihat dan masih sopan.
Sajian komposisi pada penataan randha menampilkan sajian yang berbeda. Dimana sinden dapat memberikan  suara yang sangat menyentuh hati walaupun sajiannya sedikit tidak menarik perhatian penonton. Maka dari itu, randha dapat memberikan warna tersendiri dalam seni karawitan modern.
5. Kasmaran
Kasmaran dibuat oleh komposer Toni Prabowo. Dalam sajian kasmaran menggunakan alat-alat tradisional seperti gamelan Jawa yang dipadukan dengan alat musik biola dan suling. Dalam sajian kasmaran terdapat delapan orang pemain. Dari kedelapan pemain tersebut terdapat satu perempuan, perempuan tersebut duduk ditengah-tengah sebagai panambang atau sinden yang menyanyikan sebuah lagu dan yang lainnya sebagai pemain gamelan. Kostum yang digunakan para pemain berwarna merah.
Sajian komposisi pada penataan kasmaran menampilkan sajian yang berbeda. Dimana
kasmaran tersebut dapat membuat suatu pergerakan jiwa yang mendorong laki-laki dan perempuan untuk menyukai lawan jenisnya. Asmara ini akan memiliki kadar seperti kapur barus yang semakin lama semakin mengecil dan habis karena menguap. Dengan instrumen yang dimainkan oleh para pemain, dapat membuat para penonton terpana dan sangat menyejukan hati. Maka dari itu, kasmaran dapat memberikan warna tersendiri dalam seni karawitan modern.
6. Lewat Belakang
Lewat Belakang dibuat oleh komposer Udin Tri Cahyo. Dalam sajian lewat belakang menggunakan alat-alat tradisional seperti gamelan dan tong besar. Dalam sajian lewat belakang terdapat tujuh orang pemain. Salah satu pemain ada yang menggunakan caping.
Sajian ini merupakan julukan yang ditujukan oleh para pejabat tinggi yang melakukan korupsi. Dengan janji-janji yang sering diucapkan tetapi sering juga tidak ditepati. Dimana sajian ini dapat memberikan suasana yang berbeda, dapat menarik perhatian penonton yang semula tidak memperhatikan serta sajiannya tidak ajeg sehingga dapat memberikan sesuatu yang baru dibandingkan dengan sajian tradisi lainnya. Karena dengan lighting yang sangat menarik dan kerlap-kerlip yang dihasilkan dari korek api membuat sajian semakin menyita pandangan penonton. Maka dari itu, lewat belakang ini dapat memberikan warna tersendiri dalam karya seni karawitan modern dan sajian ini merupakan sajian penutup yang dapat menarik perhatian semua penonton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar